Saat ini pengobatan hepatitis B kronis sudah mencapai kemajuan pesat. Penggunaan nukeosida analog (NA) menjadi penting dalam pengobatan hepatitis B kronis. Ada empat NA yang kini digunakan yakni lamivudine, adefovir, entecavir, dan telbivudine.
Menurut Dr. Poernomo Boedi Setiawan dari Pusat Gastroenterologi Hepatologi RS Dr Soetomo, Surabaya, penggunaan NA masuk dalam strategi pengobatan dengan konsep "roadmap". Konsep yang dibuat kalangan internasional ini dibuat untuk memonitor kadar HBV secara berkala dalam pemakaian NA pada penderita hepatitis B kronis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam konsep "roadmap" di antaranya normalisasi kadar ALT, status serologi HbeAg, kadar HBV DNA, kegagalan pengobatan primer, dan prediktor keberhasilan pengobatan dini (minggu ke-24). "Pendekatan dengan menggunakan Konsep roadmap memberikan panduan bagaimana cara menyesuaikan (customized) pengobatan dengan kondisi masing-masing pasien," jelas Poernomo.
Salah satu studi penggunaan NA dengan pantauan kadar HBV DNA yang sesuai anjuran "roadmap" adalah studi GLOBE. Studi GLOBE meneliti pemakaian telbivudine, sebagai NA terbaru, pada penderita hepatitis B kronis dengan HBeAg positif maupun negatif.
Dijelaskan Prof. Dr. Nurul Akbar SpPDKGEH dari Divisi Hepatologi FKUI/RSCM, studi GLOBE, yang merupakan penelitian hepatitis B kronis terbesar menunjukkan telbivudine lebih kuat dibandingkan lamivuidine dalam menurunkan kadar HBV DNA dari baseline, baik pada pasien HBeAg positif maupun negatif pada tahun pertama. Pada pasien dengan HBeAg positif, ada perbedaan 6,5 log vs 5 log dan 60% vs 40% HBV DNA yang tidak terdeteksi. Sedangkan pasien dengan HBeAg negatif, perbedaaannya 5,2 log vs 4,4 log dan 88% vs 70% HBV DNA tak terdeteksi.
Pasa sub-analisis studi GLOBE, pasien dengan ALT> 2 ULN (upper limit normal) yang mendapat terapi dengan telbivudine dapat mencapai HBV DNA tak terdeteksi hingga 89%, normalisasi ALT 81%, serokonversi HBeAg 52% pada pasien dengan HBeAg positif dan 91% HBV DNA tak terdeteksi pada pasien HBeAg negatif, di minggu 104.
Ditambahkan Akbar, pemilihan antiviral yang tepat dapat memperdiksi keberhasilan pengobatan juga penting, karena dapat membantu tindak lanjut pengobatan. Masih dari studi GLOBE, pasien yang tidak menunjukkan respon pada 6 bulan pertamalah yang cenderung mengalami resistensi.
Resistensi kemungkinan dapat terjadi pemakaian antivirus nukleosida maupun nukleosida analog. Resistensi dapat dicegah dengan melakukan monitoring kadar HBV DNA selama masa pengobatan secara berkala. Berdasarkan studi GLOBE, pasien yang diobati telbivudine dan bias mencapai kadar HBV DNA negatif pada minggu ke-24, maka kemungkinan terjadi resistensi pada tahun ke-2 hanya 4% untuk pasien HbeAg positif dan 2% pada pasien HBeAg negatif. Memonitor kadar HBV DNA pada minggu ke-24 dapat mempridiksi timbulnya resistensi sehingga resistensi bias dicegah.
Prof. Dr. Ali Sulaeman SpPD-KGEH dari Divisi Hepatologi FKUI/RSCM di acara yang sama memaparkan hasil penelitiannya selama satu tahun penggunaan telbivudine pada pasien hepatitis B kronik di Klinik Hati Prof. Ali Sulaeman.
Ada 32 pasien yang berasal dari Klinik Hati Prof. Ali Sulaeman yang dilibatkan dalam penelitian untuk menguji superioritas telbividine sebagai NA terakhir yang disetujui terhadap lamivudine. 10 pasien memiliki HBeAg positif, dan 22 pasien memiliki HBeAg negatif.
Hasil terapi telbivudine pada pasien hepatitis B kronik yang belum pernah diterapi dan HBeAg positif menunjukkan kadar HBV DNA < 300 kopi/ml yang diukur dengan PCR mencapai 20% (1 dari 5 pasien) pada minggu ke-12, 40% (2/4 pasien) di minggu ke-24, dan 67 % (2/3 pasien) di minggu ke-48. Pada pasien kategori ini namun memiliki HBeAg negatif, kadar HBV DNA < 300 kopi/ml terjadi pada 73% (11/15 pasien) di minggu ke- 12, 90% (9/10 pasien) pada minggu ke24, dan 100% (5/5 pasien) di minggu ke-48.
Terapi telbivudine pada pasien hepatitis B kronik yang pernah diterapi menunjukkan: tidak ada yang mencapai kadar HBV DNA < 300 kopi/ml sejak minggu ke- 12, 24, dan 4 pada mereka yang memilki status HBeAg positif. Namun untuk pasien yang memiliki HBeAg negatif, kadar HBV DNA < 300 kopi/ml terjadi pada 25% (1 dari 4 pasien) di minggu ke-12, 75% (3/4 pasien) di minggu ke-24, dan 100% (4/4 pasien) pada minggu ke-48.
Kesimpulannya, terapi telbivudine pada pasien dengan HbeAg positif dan pasien yang belum pernah mendapat terapi sebelumnya menujukkan penekanan HNV DNA yang kuat dan secara signifikan lebih tinggi pada pasien dengan serokonversi HBeAg positif. Telbivudine juga bisa ditolerir dengan baik.
www.majalah-farmacia.com
Semoga artikel Pemilihan Antivirus Tepat pada Hepatitis B Kronik bermanfaat untuk Anda.